Pedoman Penulisan
Dalam setiap bahasa, terdapat pedoman penulisan yang perlu diperhatikan. Pedoman ini dibuat untuk mempermudah penggunaan dan pemahaman terhadap suatu bahasa. Dalam bahasa Indonesia, terdapat dua panduan yang dijadikan acuan, yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EyD). KBBI merupakan pedoman mengenai tata cara penulisan dan makna kata. Hal ini berbeda dengan EyD yang berisi aturan-aturan mengenai pungtuasi (tanda baca).
Pedoman penulisan yang terdapat dalam KBBI dan EyD bersifat mengikat penggunanya. Makalah ini tidak akan membahas aturan dalam kedua pedoman tersebut satu per satu. Apabila dibutuhkan, seorang peneliti/penulis tidak perlu merasa ragu atau malu untuk membuka-buka kembali kedua pedoman ini. Apa yang akan dibahas dalam makalah ini hanyalah aturan-aturan yang lebih bersifat khusus.
Setiap bidang ilmu mempunyai kekhasan dalam tata cara penulisan. Ada aturan-aturan khusus yang berlaku mengikat penggunanya. Berikut ini beberapa aturan khusus kebidangan
1. Penggunaan istilah asing
Dalam buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (2003) telah dijelaskan bahwa huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya Hal ini menujukkan bahwa penggunaan kata atau ungkapan asing dalam artikel ataupun karya tulis lainnya diperbolehkan. Namun, apabila kata atau ungkapan yang digunakan tersebut belum banyak digunakan, ada baiknya diberikan penjelasan. Dengan begitu, pembaca tidak bingung. Perhatikan contoh berikut:
a. Pengambilan keputusan strategik sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai (value) atau harapan (expectation).
Baca Juga
b. Investasi (pembiayaan)
2. Lambang
Ada banyak karya tulis yang menggunakan satuan. Mien E. Rifai (1995) menyatakan, ―Satuan dasar yang dianut secara universal memakai Satuan Sistem Internasional (biasa disingkat SI dari Systeme international d’unites).‖ Contoh SI adalah:
kilogram—kg 5 kg
meter—m 10 m
ampere—A 2 A
Penulisan satuan tidak diawali dengan huruf kapital. Namun, jika satuan tersebut diambil dari nama orang, penulisan dalam bentuk singkatnya menggunakan huruf kapital. Penulisan satuan dalam bentuk singkat tidak menggunakan titik.
Sama seperti satuan dasar, penulisan satuan mata uang tidak diawali dengan huruf kapital. Namun, penulisan satuan mata uang dalam bentuk singkat, menggunakan lambang dan huruf kapital.
Perhatikan contoh berikut.
10.000 rupiah Rp10.000,00
80.5 dolar Amerika US$80.5
25 yenY25
catatan: dalam bahasa Indonesia, desimal ditunjukkan dengan penggunaan koma. Sebaliknya dalam bahasa Inggris, decimal ditunjukkan dengan penggunaan titik.
Lambang usur zat (kimia) dituliskan berdasarkan aturan yang sudah berlaku internasional. Penulisan unsur zat dalam bahasa Indonesia tidak ditulis dalam cetak miring kecuali jika tidak
menggunakan ejaan Indonesia.
Contoh:
karbon—carbon C
kuprumCu
Selain satuan dan lambang kimia, dalam bidang-bidang ilmu tertentu, terdapat pula rumus. Rumus ini ―bahasa‖ tersendiri yang tidak boleh diubah-ubah penulisannya.
3. Penulisan nama Latin
Dalam bidang keilmuan tertentu, penggunaan nama Latin tidak bisa dihindarkan. Penggunaan nama Latin akan menjelaskan spesies makhluk hidup secara spesifik. Lalu, bagaimanakah cara
penulisannya?
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (2003:21) disebutkan, ―Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.‖ Namun, bagaimana dengan unsur-unsur nama hewan atau tumbuhan? Selain itu, disebutkan pula, ―Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. (2003:26)
Penjelasan lebih lanjut mengenai penulisan nama Latin ini dijelaskan Mien A. Rifai (1995:14), huruf miring digunakan pada nama ilmiah, marga, jenis, anak jenis, varietas, dan forma makhluk. Akan tetapi, nama ilmiah takson di atas tingkat marga tidak ditulis dengan huruf miring. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh-contoh berikut:
Oryza sativa Linnaeus
Oryza sativa Linn.
Oryza sativa merupakan nama Latin untuk padi. Sebagaimana dijelaskan pada EyD, penulisan nama diawali dengan huruf kapital. Oleh karena itu, huruf O pada Oryza kapital. Namun, berbeda dengan tata cara penulisan nama orang, huruf kapital hanya dipakai pada huruf pertama kata pertama. Jadi, huruf s pada kata sativa tidak kapital. Huruf L pada kata Linnaeus dan Linn. mengacu pada nama orang (penemu). Oleh karena itu, tidak ditulis dengan huruf miring.
Felis domesticus strain Himalaya
Pada contoh di atas, kata Himalaya tidak menunjuk pada penemu jenis kucing tersebut. Kata himalaya mengacu pada tempat/ daerah asal kucing tersebut. Petunjuk mengenai hal itu adalah
adanya kata strain sebelum himalaya.
Oryza sp.
Felis sp.
Pongo spp.
Untuk menyingkat penulisan nama Latin, dapat dituliskan sp. Atau spp. di belakang kata pertama nama Latin. Penulisan sp. dan spp. ini merujuk pada spesies dan subspesies. Tata cara penulisannya tidak dalam cetak miring.
Komentar
Posting Komentar